Hallo, Selamat Datang!

HMTL UII

Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia Salam Lestari

Monday, January 17, 2022

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Mengenal Owa Jawa, Primata Endemik yang Terancam Punah

 


Mengenal Owa Jawa, Primata Endemik yang Terancam Punah

Oleh : Supranoto (TL19)

Lebih dari 20 primata jenis owa tersebar di seluruh wilayah Asia, dan 8 lebih di antaranya berada di Indonesia (Roos, et. Al. 2014). Salah satu dari jenis yang berada di Indonesia tersebut adalah Owa Jawa.

Owa Jawa atau Javan Gibbon (Hylobates Moloch) merupakan kera atau primata endemik anggota suku Hylobatidae yang hanya hidup di Pulau Jawa. Primata jenis ini umumnya hidup di Indonesia bagian barat, yaitu meliputi wilayah Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Habitat Owa Jawa

Owa Jawa hidup di hutan tropis dan subtropis, dengan tingkat ketinggian 1.400-1.600 MDPL (Meter Di atas Permukaan Laut). Owa Jawa merupakan satwa diurnal dan arboreal, yang artinya mayoritas pergerakan hidupnya mulai dari bersosial, tidur, hingga mencari makan berada di atas pohon. Karenanya, mereka memerlukan kondisi hutan yang asri dengan pepohonan tinggi untuk tempat hidupnya.

Habitat Owa Jawa di wilayah Jawa Tengah tersebar di beberapa tempat, seperti Gunung Slamet, Pegunungan Dieng, dan Hutan Petungkriyono Pekalongan. Sedangkan di wilayah Jawa Barat terdapat di wilayah Gunung Puntang, Gunung Halimun, Gunung Salak dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Lalu di wilayah Banten Owa Jawa dapat dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon.

Ciri Owa Jawa

Salah satu ciri pengenal dari Owa Jawa adalah bulunya berwarna keabu-abuan, dengan sisi atas kepala lebih gelap, dan wajah berwarna kehitaman.

Owa Jawa tidak memiliki ekor dan berlengan relatif panjang. Tangannya lebih panjang dibandingkan dengan panjang tubuhnya sendiri. Tangan yang panjang dan berotot kuat ini digunakan sebagai tumpuan untuk mengayun dan berpindah dari dahan pohon tinggi yang satu ke dahan pohon tinggi yang lain.

Owa Jawa mempunyai kebiasaan melakukan aktivitas bersuara, terutama pada pagi hari dan biasa disebut morning call. Perilaku bersuara tersebut berfungsi sebagai cara komunikasi untuk memberitahu keberadaan kelompoknya. Suara pada Owa Jawa jawa dapat didengar oleh manusia hingga jarak 500–1.500 meter. (Kappeler,. 1984).

Primata endemik Pulau Jawa ini memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Owa Jawa berperan sebagai komponen heterotrof yang memakan buah-buahan di hutan lalu menyebarkan bijinya.

Biji yang disebar secara tidak langsung akan menumbuhkan pohon-pohon baru di hutan. Oleh sebab itu, keseimbangan ekosistem hutan akan terganggu apabila populasi Owa Jawa di hutan semakin menurun.

Dikutip dari situs www.greneers.co, Owa Jawa hidup secara monogami, sehingga populasinya juga sangat kecil. Yaitu dalam setiap kelompok maksimal hanya terdiri dari enam individu. Jika salah satu pasangan Owa Jawa baik individu jantan atau betina mati, mereka tidak akan mencari pasangan baru.

Itulah sebabnya Owa Jawa mendapatkan julukan si primata yang setia. Namun di lain sisi, hal tersebut menyebabkan populasi Owa Jawa sulit untuk berkembang.

Kondisi Owa Jawa

Dikutip dari buku Bioekologi dan Konservasi Owa Jawa (2016), dituliskan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan sensus yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa populasi jenis primata Owa Jawa memiliki kecenderungan menurun.

Survei yang dilakukan Kappeler (1984) pada 40 lokasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah memperkirakan populasi Owa Jawa sekitar 8.000 individu. Namun, hasil survei yang pernah dilakukan pada tahun 1992–1994 menunjukkan tidak ditemukan lagi populasi owa di 16 lokasi yang pernah disurvei sebelumnya.

Bahkan, hasil survei di sembilan tempat lainnya menunjukkan kondisi populasi yang kritis karena berada pada kawasan hutan dengan luasan habitat yang sangat kecil (0,5–5 km²) dan terfragmentasi.

Berdasarkan laporan Conservation Assessment and Management Plan Primata Indonesia, ukuran populasi Owa Jawa diperkirakan sekitar 400–2.000 individu (Supriatna et al., 2001).

Dalam penelitian yang lain, menyebutkan bahwa populasi Owa Jawa sekitar 4.000–4.500 individu (Nijman, 2004) dan 2.600–5.304 individu (Djanubudiman et al., 2004).

Sedangkan populasi terbaru yang dilansir oleh situs Yayasan Owa Jawa[A1] , populasi Owa Jawa di alam liar saat ini diperkirakan hanya tinggal 2.000-4.000 ekor. Sehingga Owa Jawa menjadi primata keluarga owa paling langka di dunia.

Menurut The IUCN Red List of Threatened Species, Owa Jawa dikelompokkan ke dalam kategori Endangered (E) atau genting (Andayani et al., 2008). Bahkan, IUCN pernah memasukkan status keterancaman spesies ini sebagai Critically Endangered (CR) atau kiritis pada tahun 1996 dan 2000.

Hal tersebut menandakan Owa Jawa sedang menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam. Hal ini terjadi karena populasi Owa Jawa di alam mengalami tekanan akibat alih fungsi hutan dan perburuan liar untuk dijualbelikan.

Upaya Mengatasi

Dalam kacamata hukum di Indonesia, Owa Jawa termasuk jenis satwa yang dilindungi. Hal tersebut termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Selain penegakan hukum, konservasi dan perbaikan habitat perlu dilakukan. Selain itu, perusakan hutan secara massif harus segera dihentikan

 [A1]owajawa.or.id

0 komen:

Gedung FTSP UII, Jln. Kaliurang KM 14, Sleman, Yogyakarta
082280705508 (INFOKOM)
081806698002 (HUBLU)

SEND US A MESSAGE