Home Industry VS Cleaner Production
Oleh : Lesi Trian Efanna
Mahasiswa Semester 6,
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Seiring kemajuan zaman
hingga saat ini menyebabkan persaingan bisnis semakin kompetitif. Hal tersebut
tentunya menjadi tantangan bagi pelaku usaha untuk mencari strategi dalam
menghadapi persaingan dunia bisnis tersebut. Produsen dituntut supaya lebih
memperhatikan fungsi dari suatu produk, sehingga para konsumsen akan tertarik
untuk membeli produk yang dihasilkan guna memenuhi misalnya kebutuhan primer.
Saat ini, kebutuhan primer seperti minuman sudah sangat berkembang serta
menjadi persaingan di dunia bisnis misalnya teh, kopi dan lain sebagainya.
Kota
Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu wilayah penghasil teh,
yaitu Teh Hitam Gunung Dempo yang dihasilkan oleh PT Perkebunan Nusantara 7
(persero) atau disebut dengan PTPn7. Peningkatan persaingan antar produsen teh
hitam baik dalam negeri maupun luar negeri merupakan tantangan bagi PTPN VII
untuk mampu bersaing melalui program perbaikan kinerja perusahaan baik dalam
bidang efisiensi proses produksi maupun efisiensi biaya. Oleh sebab itu, salah
satu upaya yang diterapkan yakni program cleaner
production.
Cleaner production adalah
strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada pencegahan terpadu
yang diterapkan pada seluruh siklus produksi.
Secara umum proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi
(fermentasi), pengeringan dan
pengemasan. Di dalam setiap proses produksi teh hitam kota Pagaralam ini tentunya
menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat, limbah cair dan emisi. Dalam
penerapan program produksi bersih yakni memanfaatkan ampas teh untuk dijadikan
pupuk tanaman (Reuse). Selama ini,
bahan baku papan partikel diproduksi dari partikel-partikel kayu namun siapa
sangka kalau ternyata ampas teh bisa dijadikan sebagai bahan baku alternatif
papan partikel dikarenakan ampas teh terdapat senyawa lignoselulosa (Recycle).
Dalam kaitannya dengan penerapan produksi bersih, guna mendorong
terwujudnya pembangunan berkelanjutan, maka harapannya pemerintah dapat
mengeluarkan kebijakan seperti mempromosikan
program produksi bersih agar semua pihak terkait mempunyai persepsi yang sama
sehingga mencapai tujuan yang sama pula, menganjurkan pelaksanaan seperti SML,
audit lingkungan, evaluasi kinerja lingkungan, Mengantisipasi diberlakukannya
standar-standar internasional di bidang lingkungan dengan ikut aktif dalam
keanggotaan ISO/ TC 207 agar PTPN VII Kota Pagaralam dapat melakukan negosiasi
dengan negara-negara maju yang ingin memberlakukan standar-standar lingkungan
seperti Sistem Manajemen Lingkungan (SML), Ekolabel maupun ketentuan lainya di
bidang lingkungan secara internasional. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
dalam mengembangkan produksi bersih ini tentunya dapat menumbuhkan partisipasi
aktif kepada semua pihak yang terlibat dalam implementasi produksi bersih dan
tak lupa pula melibatkan masyarakat lainnya guna peningkatan kesadaran mengenai konsep
produksi bersih misalnya melakukan penyebarluasan infomasi, mengadakan pelatihan, seminar, proyek percontohan dan
lain sebagainya yang berkaitan dengan kegiatan produksi bersih. Harapannya
dengan menerapkan Cleaner production di
PTPN VII Teh Hitam Kota Pagaralam ini dapat
meningkatkan produktivitas melalui efesiensi yang lebih baik pada
penggunaan bahan mentah, energi dan air, menjaga kualitas lingkungan melalui
pengurangan sumber penghasil limbah atau emisi, serta mereduksi dampak produk
terhadap lingkungan.
Figure2 exhibits that the proportion of regular gamblers experiencing a playing drawback linearly increases because the variety of month-to-month playing formats increases. There were three times as many individuals experiencing a playing drawback amongst those that participated in 4 or more playing formats andabout 1.5 occasions as many amongst those that participated in three playing formats. To assess whether drawback playing is more associated to some playing formats , we identified the prevalence of drawback playing amongst regular gamblers in specific playing formats using 95% confidence intervals. To look at whether drawback playing is positively associated to excessive involvement in playing , we examined the Spearman’s correlation between the variety of playing formats 1xbet an individual engaged in and the individual’s PPGM rating. A ROC evaluation was also used to assess the relationship between involvement and drawback playing.
ReplyDelete